Thoughts & Memories of Small Retirements Throughout Life.

Serangga Goreng dan Balasan Karma Instan di Bangkok (Bagian 1)

I’ve been wanting to visit Bangkok for quite some time and been talking about it for quite long too, sampai-sampai, temen-temen saya udah bosen denger. hahaha. yep, apapun yang dibicarakan dan direncanakan, biasanya realisasinya lambat. Yang mendadak tanpa rencana, justru bisa lebih cepat terlaksana. 😀
Sudah hukum alamnya begitu kan?

Well, akhirnya kesempatan itu tiba. Saya punya keharusan untuk terbang ke Bangkok untuk meeting pada hari senin, 21 Oktober 2013. Berangkat sendiri dari Jakarta, saya transit di Singapore untuk kemudian bertemu dengan Alan (adik ipar) yang sudah terbang ke Bangkok lebih dulu dari Malaysia.

Kesan saya terhadap Thailand has been mostly mystical dan mysterious. Mungkin karna film-film disana banyak yang horor dan kesan-kesan mistis gitu ya. Rasa penasaran juga jadinya tinggi. So, ladies, it is totally not about wanting to see thai girls. At first. Hehehe.

Ok, meeting berlangsung cukup singkat cuma beberapa jam di senin pagi, sisanya? Jalan! (dan makan!)

Alan cuma berada di Bangkok selama 2 hari. Sisanya 3 hari ke depan, saya sendiri. Eksplorasi santai tanpa batas. Itinerary? Gak punya. Tiap malam saya baru merencanakan aktifitas besok. Daerah tujuan pun maksimal hanya 3 tempat. Kalau misalnya saya suka satu tempat, saya bisa membatalkan ke tempat lainnya. Kenapa? Just because. :))))


Serangga Goreng

Iseng saya mengarahkan tujuan ke daerah Nana. Daerah nana ini terkenal ramai karena banyak yang berjualan di pinggir jalan. Berjualan produk dan jual diri. Hahaha. Mulai dari wanita asli sampai wanita jadi-jadian. Yang pakai pakaian wanita super sexy, badan kekar dan jenggotan juga ada. Kalau lagi posisi minum, sudah pasti muncrat kemana-mana. Hahaha. Ampun DJ.

Tidak jauh dari stasiun BTS, saya berbelok ke jalan yang agak ramai. Di sudut jalan inilah yang saya lihat.

Serangga
5 menit berdiri disana, banyak sekali orang Thai yang mampir untuk membeli. Ada yang suka serangga tertentu, ada yang maunya dicampur. Ada yang sukanya original, ada yang minta ditambahin bumbu. Ini snack orang Thailand! Chikki? Taro? Apa itu.

I am very much open to new experiences. So, u bet, saya akhirnya mencoba. Karna uang sisa sedikit, saya cuma bisa beli 10 ekor Jangkrik seharga 100 Baht. Karena jangkrik kelihatannya lebih berdaging. (((BERDAGING)))

Serangga
Tepat disudut jalan, saya mengeluarkan satu korban dari tas kresek. Bak di acara fear factor, tanpa hadiah dan gak disorot kamera, saya bersiap dengan semua keanehan di mulut. Yang dikhawatirkan cuma satu, gimana kalo cairan jangkrik tiba-tiba muncrat, mengandung radioactive, dan besok pagi, saya jadi Ksatria Baja Hitam? Bahaya.

Ternyata… rasanya biasa saja. Persamaan paling dekat mungkin daging ayam. Yang mengganggu itu sayap dan kaki sih. Sisanya ok. Crunchy dan a bit chewy. Salty juga karna ditambahin bumbu, which helps. Saya cuma makan 2 saat itu, sisanya dimasukin tas untuk dihabiskan di hotel.

Baca bagian 2 untuk cerita saya dapat balasan karma instan saat di Bangkok juga…

« »