Saya percaya hukum sebab-akibat. Apapun yang anda tabur, itulah yang anda tuai. In short, karma.

Hari ini adalah hari terakhir saya di Bangkok. Besok penerbangan pagi saya kembali ke Singapura.
Cape yang saya rasakan di kaki sudah tidak tertahankan lagi, saya harus duduk dan beristirahat. There are just too many places to go and too many things to see, jadinya saya gak nyadar kalau sudah berjalan terlalu lama. Duduk dan memperhatikan orang-orang adalah salah satu aktifitas yang suka saya lakukan. Kadang menerka-nerka apa yang mereka lakukan, siapa mereka, mau kemana, sedang apa dan sama siapa.


Balasan Karma Instan

Malam semakin larut, jalanan perlahan sepi. Tiba-tiba rasa kalut menyerang.
“Thai Baht gue udah habis! Besok gimana bayar taxi?”
Buru-buru saya berjalan ke money changer yang saya sempat lihat tadi. Ternyata tutup sodara-sodara.

Trus saya ingat di BTS Bangkok, sering banyak money changer yang buka. Mulai dari stasiun Nana, ke Asok, ke Phrom Phong, Thong Lo, semua money changer udah tutup! Harapan saya cuma ada di 3 stasiun lagi, kalau masih gak ada, tamat lah sudah. Besok pagi gak punya Baht untuk bayar taxi ke bandara. Apa supir mau nerima Ringgit? I don’t think so.

Mendekati stasiun Ekkamai, perhatian saya tertuju pada seorang wanita yang membawa sebuah tas koper merah dengan ukuran 2/3 badannya. Gede. Banget. Wanita berbaju putih, kelihatannya seperti turis, berwajah oriental dengan rambut dipotong pendek.
Saya keluar dari MRT dan melihat wanita ini juga keluar. Saya perhatikan, dia berjalan ke ujung stasiun seperti mencari sesuatu. Dengan prosesor pentium 4 di kepala ini, saya menduga dia mencari lift untuk turun ke lantai dasar karena dengan tas sebesar itu, pasti akan kesulitan.

Saya bergegas turun ke lantai bawah mencari Money Changer lagi. “Ah, mati gue, tutup lagi”, seketika keringat dingin menjalar ke seluruh tubuh. Untuk urusan uang, saya termasuk orang yang suka semuanya under control. Tanpa kepastian bisa bikin serem. 😀

Buru-buru saya naik ke lantai atas dan sudah menyerah. Saya hanya ingin kembali ke Hotel. Harapan terakhir? Layanan money changer di hotel.
Begitu naik ke atas, saya melihat wanita yang tadi masih di platform belum bisa turun.
Tanpa basa-basi, saya berjalan mendekat dan menawarkan bantuan.

“Let me help you”.
“Oh, thank you. Thank you”.

Ternyata prosesor pentium 4 saya masih bisa berasumsi yang benar. She needed help.
Tas gede yang ternyata berat itu, saya angkat menuruni anak tangga. Tidak terlalu berat karena turun. Kalo naik, lumayan juga.
Sampai dibawah, saya langsung pamit. Ga minta nomer telepon, email atau account facebook.
Wanita itu hanya mengucapkan terima kasih yang entah berapa kali. Saya tersenyum kemudian kembali naik ke atas platform menunggu MRT berikutnya.

I felt glad that I helped her.

Rasa kalut belum hilang karena uang belum ada.
Tiba di stasiun On Nut, saya berjalan sekitar 10 menit sebelum nyampe di hotel saya. @ mind sukhumvit 85.

Di resepsionis saya menanyakan jasa money changer mereka. Jawabannya: “TIDAK ADA”. (((DEEEENG)))
Tapiiii… resepsionis wanita ini bilang, “Jam segini sudah tidak mungkin lagi bisa tukar uang, besok pagi ada di deket Tesco seberang, tapi baru buka di jam 9 pagi. Begini saja, saya bisa bantu, kebetulan bulan depan saya akan ke Malaysia dan butuh uang Ringgit, tuker sama saya saja”.

Gak kebayang leganya perasaan saat itu. (((LEGAAA)))
Lebih kerennya lagi, kurs yang dipakai itu bagus banget. RM 50 untuk 500 Baht. U can never find such rate, anywhere.

I slept very soundly that night.
Orang bilang itu kebetulan. Buat saya, it was karma payback time. Instantly.
Abis bantuin orang, kita dibantu orang.

Good Karma Talks. It feels good.