“Bapak baju birudongker”, begitu tulisan di struk pemesanan kopi saya.

Sesaat saya mikir, mengidentifikasi pelanggan dari warna baju, aman lah ya. Gak nyinggung fisik atau etnis. Walaupun saya lebih suka dipanggil koko, ketimbang Bapak. Kesannya kok bapak-bapak sekali. 😁

Ndak, saya ndak tersinggung. Aman dunia.


Coffee Shop yang saya datangi pagi ini, sebenarnya punya opsi lebih baik. Nanya aja nama saya, masukkan ke sistem kasir mereka. Jadi struk yang saya terima, lebih personalize.

Dengan punya nama, coffee Shop bisa mengenal pelanggan tetapnya. Menyapa mereka lebih akrab.

Dengan punya nama, coffee shop tau siapa aja pelanggannya. Mereka bisa ditawari “member card” dengan special discount setiap kali beli kopi.

Dengan punya data, coffee shop bisa dengan mudah tau banyak hal tentang pelanggan mereka.

Kapan biasanya datang?
Menu favoritnya apa?
Sudah spending berapa?
Tinggalnya di mana?
Followersnya berapa?
Kapan ulang tahunnya?
Mana yang udah lama gak mampir?
Berapa banyak pelanggan baru?


Ketimbang menuliskan “Koko ganteng berkacamata”, mending nanya nama.

Dari “Nama”, mudah-mudahan akhirnya bisnis bisa punya “Data”.