Kalo Corona punya banyak varian, sebenarnya bisnis/usaha kita pun ada versi-versinya.

Versi pertama, bisnis yang dijalankan pake pena dan kertas. Pake catatan-catatan di aplikasi notes HP. Tak jarang berdasarkan ingatan aja. Kalo pas ingat, dikerjakan. Kalo lupa, ditunggu sampe pas ingat. 😁

Versi kedua, bisnis yang semua catatan di kertas, di notes HP, di ingatan, sudah mulai dipindahkan ke Microsoft Excel. Sudah agak rapi lah. Info-info yang bisnis punya, sudah mulai disusun jadi data. Minimal kalo dilihat, data itu punya makna. Gak cuma sekumpulan info di buku catatan aja.

Versi ketiga, bisnis yang sudah mulai pake aplikasi. Sudah beli software yang cocok untuk kebutuhan umum di usahanya. Data excel tadi dah bisa jadi laporan mingguan, bulanan, tahunan. Dah bisa mudah dicari. Dah ada lah keputusan-keputusan bagus yang bisa dibuat dari laporan itu.

Versi keempat, bisnis yang sudah tau apa yang mereka mau. Business process-nya sudah jelas, sudah rapi, tapi aplikasi umum yang dijual di pasaran, dah ga bisa meng-handle kebutuhan mereka. Biasanya mereka akan butuh custom software/application.


Bisnis yang udah ditahap terakhir, data yang mereka punya udah ga diam aja.

Data ini bisa “bergerak” dan “menggerakkan”.
Data yang mereka punya sudah bisa “berkoordinasi” dan “berkolaborasi”.
Datanya sudah bisa “berbisik”, “bicara” bahkan “teriak-teriak”.
Datanya sudah bisa “tertawa” dan “menangis”.
Datanya sudah bisa “melihat” ke “masa lalu”, “saat ini” dan “menerawang masa depan”.

Data dan aplikasi memang hanya kumpulan kode-kode komputer saja. Kalo dibedah, mereka itu 1 dan 0 doang. Tapi jika angka 1 dan 0 ini dibuat sesuai proses bisnis dan diberikan kemampuan seperti manusia, hasilnya akan powerful.

Bisnis kita, ada di versi berapa?