Dari semua anekdot yang saya baca, paling ingat dengan cerita biksu menggendong seorang wanita. Pernah denger? Kalo blom, ceritanya begini…


Ada 2 biksu yang ingin menyebrang sungai.

Mereka bertemu seorang wanita yang ingin menyebrang.

Tidak ada jembatan untuk mereka gunakan.

Hanya ada seutas tali tempat berpegangan.

Air sungai mengalir deras.

Wanita itu butuh bantuan.

Akhirnya salah satu biksu menggendong wanita itu sambil menyebrang.

Biksu satunya lagi tidak setuju.

Mereka tidak boleh menyentuh wanita.

Setibanya di seberang sungai, wanita itu diturunkan dan mengucapkan terima kasih lalu pergi.

Biksu yang tidak setuju masih terus mempertanyakan mengapa mau menggendong/membantu wanita itu.

Akhirnya dijawab oleh temannya…

“Saya memang menggendong wanita itu dari sisi sungai ke sisi yang lain. Wanita itu sudah saya turunkan sejak tadi. Sedang kamu, masih menggendong wanita itu dipikiran mu sampai saat ini”


Saya mengkisahkan anekdot ini ke seorang teman.

Setelah dia mendengar, dia pulang ke rumah.

Trus sebuah pesan di WhatsApp masuk ke saya… Isinya begini…

“Bro, aku barusan manggil kakak ipar yang sudah bertahun-tahun gak ngomong sama kami. Dia kaget karna ku sapa. Selama ini ada kesalahpahaman antara dia dan keluarga kami. Jadi situasi diem-dieman, sudah lama. Mendengar anekdot mu tadi, saya sudah gak menggendong wanita itu lagi. Sudah saya lepaskan”

Saya tersenyum lebar membaca pesan WA itu.


Ternyata, ada pesan hidup di cerita itu dan teman saya berhasil memetiknya.