Thoughts & Memories of Small Retirements Throughout Life.

Melawan Komplotan Taksi “Perampok” Turis di Kuala Lumpur

Saya terbangun pagi itu di sebuah hotel daerah Bukit Bintang, Kuala Lumpur.
Hari ini sebenarnya saya tidak punya tujuan khusus, belum punya plan kemana-mana.
Berada di KL kali ini karena di akhir pekan saya ingin hadir di acara pernikahan teman saya.
Orang India kewarganegaraan Malaysia, hitam tinggi berkacamata, pintar, berkarir bagus di perusahaan besar, yang saya kenal lebih dari 10 tahun lalu ketika kita sama-sama kuliah.

Sepanjang pagi hingga sore akhirnya saya habiskan di sebuah cafe di sungei wang, memantau sistem registrasi online yang kami kembangkan untuk sebuah event lomba lari di Jakarta. Peminatnya sangat banyak, saya harus memastikan sistem yang kami bangun mampu menangani serbuan pendaftar yang membludak.
Ya, saya memang tetap bekerja walaupun berada jauh dari kantor.
Saya anggap itu kelebihan dan sama sekali tidak menganggu mood jalan-jalan saya 🙂

Setelah semua aman, sore itu saya berangkat menggunakan taksi ke KLCC. Mall gede di pusat kota KL. Argo taksi menunjukkan RM 3.00 lebih. Saya bayar RM 4.00 dan merelakan sisanya.
Berjalan beberapa jam tanpa belanja (sama dengan sight-seeing… haha) jam sudah menunjukkan pukul 10.
Saya bergegas keluar dan mencari taksi.
Ada beberapa taksi berjejeran di depan KLCC.

“I want to go to bukit bintang”
“Ok, Sir. It’s 45 ringgit”
“what? 45? i came here from bukit bintang and paid only 4 ringgit.”
“yes, it’s 45 ringgit, Sir”

Ini gila, dimana hati nurani?
I dont normally mind getting ripoff selama masih dalam batas yg bisa ditoleransi.
Tapi 10x lipat dari harga normal, that is insane.

Beberapa taksi disana menawarkan harga yang sama. Seperti sudah berkomplot untuk mengambil uang dari saya, turis malang yang ingin pulang.
Saya putus asa, merelakan uang hilang atau tidak pulang malam ini.
“That couldnt be the only choice!”, i said to myself. I just couldnt let these tourist robber just cheat my money and sleep happy tonight.

Saya membuka smartphone dan mulai mencari arah jalan pulang, yes, I plan to just walk to my hotel. Di umur segini, berjalan 2 jam tanpa henti masih bisa saya lakukan, apalagi cuma 30 menit menurut google maps.
Menyusuri taman di bagian belakang KLCC yang udah mulai sepi dan gelap, saya memulai perjalanan melawan komplotan taksi itu.
Memang, mereka ga tau kalo saya jalan kaki, but this is about my fight, not theirs. So, who cares. 😀

Baru berjalan 5 menit, langkah saya dihentikan oleh 3 ibu-ibu berseragam yang datang dari balik pohon.
“nak kemane? garden dah tutup”
“saya mau menyebrang untuk ke Bukit Bintang, makcik”
“you boleh naik bas gratis. tunggu kat depan KLCC. ade bas gratis ke Bukit Bintang”

Wow. I didnt know that.
Selanjutnya saya mohon petunjuk lebih jauh ke Ibu itu dan mulai mengikuti Beliau. Kebetulan Beliau juga hendak pulang dan akan menunggu di halte yang sama. Tidak sampai 15 menit, bus yang dimaksud datang, saya melihat ke arah si Ibu, menunduk sedikit dan tersenyum tanda terima kasih saya, kemudian menaiki bus tersebut kembali ke Hotel.

That night, I have fought injustice. You just dont ripoff a determined tourist. You dont.

« »